Sejarah Depok

6 May

Kota Madya Depok (dulunya kota administratif) dikenal sebagai penyangga ibukota, atau sering disebut dengan kota satelit, mirip dengan status Bekasi, Tangerang, dan Bogor. Para penghuni yang mendiami wilayah Depok sebagian besar berasal dari pindahan orang Jakarta. Tak heran kalau dulu muncul pameo singkatan Depok : Daerah Elit Pemukiman Orang Kota. Mereka banyak mendiami perumahan nasional (Perumnas), membangun rumah ataupun membuat pemukiman baru.

Pada akhir tahun 70-an masyarakat Jakarta masih ragu untuk mendiami wilayah itu. Selain jauh dari pusat kota Jakarta, kawasan depok masih sepi dan banyak diliputi perkebunan dan semak belukar. Angkutan umum masih jarang, dan mengandalkan pada angkutan kereta api. Seiring dengan perkembangan zaman, wajah Depok mulai berubah. Pembangunan disana-sini gencar dilakukan oleh pemerintah setempat. Pusat hiburan seperti Plaza, Mall telah berdiri megah. Kini Depok telah menyandang predikat kotamadya dimana selama 17 tahun menjadi Kotif.

depokklv0010693563

Dahulu, Depok dan Bogor menjadi wilayah kekuasaan VOC sejak 17 April 1684, yaitu sejak ditandatanganinya perjanjian antara sultan haji dari Banten dengan VOC. Pasal tiga dari perjanjian tersebut adalah Cisadane sampai ke hulu menjadi batas wilayah kesultanan Banten dengan wilayah kekuasaan VOC. Saat pemerintahan Daendels, banyak tanah di Pulau Jawa dijual kepada swasta, sehingga muncullah tuan tanah-tuan tanah baru. Di daerah Depok terdapat tuan tanah Pondok Cina, Tuan Tanah Mampang, Tuan Tanah Cinere, Tuan Tanah Citayam dan Tuan Tanah Bojong Gede.

Ada yang mengatakan bahwa nama “Depok” adalah singkatan dari “De Eerste Protestants Onderdaan Kerk“, yang artinya “Gereja Kristen Rakyat Pertama” atau “Gereja Warganegara Protestan Pertama”. Menurut versi ini, nama Depok berkaitan dengan sejarah keberadaan Kristen di Depok. Ini semua tidak terlepas Dari tokohnya, yaitu Cornelis Chastelin (1657-1714).

“…Maka hoetan jang laen jang disabelah timoer soengei Karoekoet sampai pada soengei besar, anakkoe Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan toeroen-temoeroennja tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe… dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja,…”

Penggalan kalimat dengan ejaan van Ophuijsen itu adalah hasil terjemahan Bahasa Belanda kuno dari surat wasiat tertanggal 14 Maret 1714 yang ditulis tangan Cornelis Chastelein, seorang Belanda, tuan tanah eks pegawai (pejabat) Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Tiga bulan kemudian Chastelein meninggal dunia, persisnya 28 Juni 1714.

depokvc1

Di bawah wewenang Kerajaan Belanda ketika itu (1696), Cornelis Chastelein diizinkan membeli tanah yang luasnya mencakup Depok sekarang, ditambah sedikit wilayah Jakarta Selatan plus Ratujaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor sekarang. Meneer Belanda itu menguasai tanah kira-kira luasnya 1.244 hek­tare, setara dengan wilayah enam kecamatan zaman sekarang. Yang menarik dari surat wasiatnya, ia melukiskan Depok waktu itu yang dihiasi sungai, hutan, bambu rimbun, dan sengaja ditanam, tidak boleh di­ganggu. Sungai Krukut yang disebut-sebut dalam surat wasiat itu boleh jadi berhubungan dengan wilayah Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok sekarang, persisnya di selatan Cinere. Jika ada penggilingan tebu, niscaya ada tanaman tebu. Pastilah tanaman tebu itu terhampar luas dengan pengairan cukup. Bisa dibayangkan betapa elok Depok waktu itu.

Cornelis Chastelein sebelumnya merupakan anggota Read Ordinair atau pejabat pengadilan VOC. Ayahnya Antonie Chastelein, adalah seorang Perancis yang menyeberang ke Belanda dan bekerja di VOC. Ibunya Maria Cruidenar, putri Wali Kota Dordtrecht. Sinyo Perancis-Belanda ini menikah dengan noni holland Catharina Van Vaalberg. Pasangan ini memiliki seorang putra, Anthony Chastelein, dan kawin dengan Anna De Haan. Saat menjabat pegawai VOC, kariernya cepat melejit. Namun, saat terjadi perubahan kebijakan karena pergantian Gubernur Jenderal VOC dari J. Camphuys ke tangan Willem Van Outhorn, ia hengkang dari VOC. Sebagai agamawan fanatik, Cornelis tidak senang melihat praktek kecurangan VOC. Borok-borok moral serta korupsi di segala bidang lapisan pihak Kompeni Belanda selaku penguasa sangat berten­tangan dengan hati nurani penginjil ini. Maka ia tetap bersikukuh keluar dari VOC, beberapa saat sebelum Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuys mengalihkan jabatannya kepada Willem Van Outhorn.

Untuk menggarap lahan pertaniannya yang luas itu, Cornelis Chastelein menda­tangkan pekerja/budak dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Ter­nate, Kei, Jawa, Batavia, Pulau Rate, dan Filipina. Semuanya berjumlah sekitar 120 orang. Atas permintaan ayahnya dulu, ia pun menyebarkan agama Kristen kepada para budaknya. Perlahan muncul di sini sebuah padepokan Kristiani yang disebut De Eerste Protestante Organisatie van Kristenen, disingkat Depok. Semboyan mereka Deze Einheid Predikt Ons Kristus yang juga disingkat Depok.

Sebagai daerah baru, Depok menarik minat pedagang-pedagang Tionghoa untuk berjualan di sana. Namun Cornelis Chastelein pernah membuat peraturan bahwa orang-orang Cina tidak boleh tinggal dikota Depok. Mereka hanya boleh berdagang, tapi tidak boleh tinggal. Ini tentu menyulitkan mereka. Mengingat saat itu perjalanan dari Depok ke Jakarta bisa memakan waktu setengah hari. Untuk mengatasi kesulitan transportasi, pedagang-pedagang tersebut membuat termpat transit di luar wilayah Depok, yang bernama Kampung Bojong. Mereka berkumpul dan mendirikan pondok-pondok sederhana di sekitar wilayah tersebut. Dari sini mulai muncul nama Pondok Cina. Kampung Bojong berubah nama menjadi kampung Pondok Cina pada tahun 1918. Masyarakat sekitar daerah tersebut selalu menyebut kampung Bojong dengan sebutan Pondok Cina. Lama-kelamaan nama Kampung Bojong hilang dan timbul sebutan Pondok Cina sampai sekarang.

jembatan_panus2

Selain wasiat di atas, Cornelis Chastelein juga menulis wasiat berisi antara lain, mewariskan tanahnya kepada seluruh pe­kerjanya yang telah mengabdi kepadanya sekaligus menghapus status pekerja menjadi orang merdeka. Setiap keluarga bekas pekerjanya memperoleh 16 ringgit. Hartanya berupa 300 kerbau pembajak sawah, dua perangkat gamelan berlapis emas, 60 tombak perak, juga dihi­bahkannya kepada bekas pekerjanya. Pada 28 juni 1714 Cornelis Chas­telein meninggal dunia, meninggalkan bekas budaknya yang telah melebur dalam 12 marga/suku/keluarga yaitu: Jonathans, Leander, Bacas, Loen, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholense, Isakh, Sudira dan Sadokh. Nama-nama tersebut sampai saat ini masih dipakai dalam keturunan-keturunan mereka, kecuali Sadokh yang telah punah, sedangkan nama Cornelis Chastelein dikenang dalam nama sebuah lembaga yaitu LCC (Lembaga Cornelis Chastelein).

Tahun 1871 Pemerintahan Belanda menjadikan daerah Depok sebagai daerah yang memiliki keresidenan sendiri.Pemerintahan Sipil atau dikenal dengan Gemeente Bestuur dibentuk tahun 1872 oleh para ahli waris Chastelein. Pemerintahan Sipil ini diketuai oleh seorang pemimpin yang disebut Presiden, yang dipilih berdasarkan pemungutan suara terbanyak setiap 3 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan Presiden Depok dibantu oleh Sekretaris, Bendahara, Kepala Polisi, Juragan (Kepala Administrasi Pemerintahan Wilayah) serta 2 orang pegawai. Kekuasaan Pemerintahan Sipil Depok berakhir pada 8 April 1949 ketika Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan keputusan tentang penghapusan tanah partikelir di seluruh Indonesia dan memberlakukan Undang-undang Agraria (Landereform).

Jalan Margonda. Bek Margonda, kabarnya nama itu yang lebih dikenal oleh orang-orang lama Depok. Sampai sekarang tidak ada yang tahu persis sejarah kepahlawanan Margonda. Keluarga Margonda sendiri (kabarnya ada di Cipayung, Depok) sampai sekarang belum dapat memberikan informasi mengenai sepak terjang atau dimana makam Margonda.

Berbeda dengan Margonda, informasi mengenai Tole Iskandar sedikit lebih jelas. Sepak terjang pahlawan ini di masa penjajahan Jepang sedikit banyak sudah tercatat dalam Perda Nomor 1/1999 tentang Hari Jadi dan Lambang Kota Depok. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Heiho dan Peta (Pembela Tanah Air) dibubarkan. Putra-putra Heiho dan Peta kembali ke kampungnya. Mereka diperbolehkan membawa perlengkapan kecuali senjata. Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, para pemuda Depok, khususnya bekas Heiho dan Peta terpanggil hatinya untuk berjuang. Pada September 1945, diadakan rapat pertama kali di sebuah rumah di Jalan Citayam (sekarang Jalan Kartini). Hadir diantaranya seorang bekas Peta, yakni Tole Iskandar berikut tujuh orang bekas Heiho dan 13 orang pemuda Depok lainnya. Pada rapat tersebut diputuskan dibentuk Barisan Keamanan Depok yang keseluruhannya berjumlah 21 orang. Tole Iskandar akhirnya terpilih menjadi komandan. Merekalah cikal bakal perjuangan di Depok.

depok_lama6

Waktu terus bergulir seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tahun 1976, permukiman warga mulai dibangun dan berkembang terus hingga akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif (Kotif) Depok. Pembentukan Kotif Depok itu diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, yang saat itu dijabat oleh H Amir Mahmud.
Bersamaan dengan perubahan status tersebut, berlaku pula Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 43 tahun 1981, tentang pembentukan Kotif Depok yang meliputi tiga Kecamatan. Yakni, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Ketiga Kecamatan itu memiliki luas wilayah 6.794 hektare dan terdiri atas 23 Kelurahan.

Lantaran tingginya tingkat kepadatan penduduk yang secara ad­ministratif telah mencapai 49 orang per hektare dan secara fungsional mencapai 107 orang per hektare, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 6,75 persen per tahun, dan pemikiran regional, nasional, dan Internasional akhirnya konsep pengembangan Kotif Depok mulai dirancang menuju kerangka Kota Depok. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan beragam upaya perwujudan organisasi yang memiliki otonom sendiri, yaitu Kota Madya Depok atau Kota Depok.

Terbentuknya Kota Depok
Pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang kian mendesak, tuntutan Depok menjadi kotamadya menjadi semakin mak­simum. Di sisi lain Pemda Kabupaten Bogor bersama pemda Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tersebut, dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bogor, 16 Mei 1994, Nomor 135/SK, DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat, 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep, Dewan.06IDPRD/1997 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Depok maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kota Madya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada 20 April 1999.

Kota Depok itu sendiri diresmikan 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan Pejabat Wali Kota Madya Kepala Daerah Tk. I I Depok, Drs. H. Badrul Kamal, yang pada waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Administratif Depok.
Momentum peresmian kotamadya ini dapat dijadikan landasan bersejarah dan tepat dijadikan hari jadi kota Depok. Wilayah Kota Depok diperluas ke Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian Kecamatan Bojong Gede yang terdiri dari Desa Bojong Pondok Terong, Ratujaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya. Hingga kini wilayah Depok terdiri dari enam kecamatan terbagi menjadi 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT serta 218.095 Rumah Tangga.

Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Ke­camatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

sumber:
http://sinergi-web.tripod.com/lintas.htm ;
http://www.keuskupanbogor.org/paroki/depok.htm ;
http://dinginlebihnikmat.wordpress.com/2008/10/22/sejarah-depok/

28 Responses to “Sejarah Depok”

  1. Tukang Koran May 7, 2009 at 2:01 PM #

    Saya salut. Tulisan dalam blog ini adalah catatan penting yang menarik untuk dibaca sekaligus dihayati. Semoga sukses bung!

    • bayugunanjar May 7, 2009 at 2:29 PM #

      Thanks om tukang koran. Saya hanya mengumpulkan dari berbagai sumber. Tapi memang benar kalo ini merupakan hal yang kadang dilupakan warga Depok sendiri.

  2. Ai May 7, 2009 at 3:10 PM #

    Wow…mantabs. Lucu-lucu yah gaya orang jaman dulu.
    Abis ngeliat klub sepak bola depok jadi inget kakek ku.
    Kakekku (alm) juga salah satu pendiri klub sepak bola di tebet yg namanya PSPT (Persatuan Sepak bola Pemuda Tebet) yang skrng diabadikan menjadi nama pasar.

  3. chrysanti May 7, 2009 at 4:58 PM #

    sadeshh… orang depok tulen nih. :p
    lengkap banget mas tulisannya.. keren!

  4. suroyo May 27, 2009 at 1:18 AM #

    keren bener, sejarah tempo doeloe, ane yg lahir di jkt enggak tau and ngeliat itu suasana, tapi kagum and ngebayangin bigimane kalau jakarta tempo doeloe kita bangun di jonggol sekalian menjadi obyek wisata. mdh2an terlaksana sama anak cucu kita Amin. Sukses selalu.

  5. Insan July 8, 2009 at 10:00 PM #

    Bagus dan lengkap banget tulisannya mas, tapi mau memberikan sedikit koreksi, setahu saya tidak ada marga leon tapi yang ada adalah loen, mungkin salah tulis yah 😉

    • bayugunanjar July 9, 2009 at 8:44 AM #

      Makasih koreksinya mbak Insan, salah ketik, maksudnya loen. makasih

      BR, Bayu Gunanjar

  6. Virgo leander October 22, 2009 at 1:06 PM #

    Ralat sdkt: untk penulisan fam “soedira”. Terharu dg tulisan yang tersusun rapih ini.. Trnyata bnyk yg msh pnya kpedulian thdp sejarah depok lama.. Kota depok skrg adlh kota yg majemuk.. Dg brbagai sejarah Keagamaan dan Kebudayaan yg tdk bs lepas dr msyrktnya turun temurun. Itulah yg mnjadikan “Bhinneka Tunggal Ika” benar2 tercermin di kota ini. -joungen van depok-

  7. supriyadi.raya December 2, 2009 at 11:41 AM #

    cukup komplettt tulisannya…gereja yang terbesar sampai sekarang masih berdiri dan di gunakan di jalan pemuda Depok,..gambar stasiun kereta depok tempoe doloe..mengingatkan masa kecil….aq..tempat aku bemain…..sayang mengapa semua di pugar..????

  8. KIR sma 1 depok December 9, 2009 at 7:07 AM #

    Sejarah Depok memang mesti diketahui oleh orang Depok yang sekarang berasal dari berbagai suku bangsa dari wilayah Indonesia. Biar lebih peduli dan mencintai Depok. Selain menjadi kota modern Depok mesti menjadi kota yang sejuk hijau dan ramah lingkungan. Tambah terus dokumentasi sejarahnya mas. bagus nih. fotonya menarik, saya pinjam gambarnya ya.

    • bayugunanjar December 9, 2009 at 9:12 AM #

      wah ada adek kelas nih, gimana kabar smansa? saya angkatan 2002.

      BR, Bayu Gunanjar

  9. arie June 17, 2010 at 5:13 PM #

    mantabs bro..jadi tahu sejarah depok

  10. Indra Gunawan July 7, 2010 at 1:38 PM #

    salam kenal mas….keren abiss tulisannya

  11. wage dimas July 17, 2010 at 4:27 AM #

    mantap mas…saya bangga ada seseorang seperti mas yg menulis asal muasal kota depok..salut

  12. Iwan September 13, 2010 at 11:44 PM #

    Waktu pindah ke perumnas th 79 swasana depok msh asik bgt. Lwt Jalan jmbatan panus msh kaya puncak th 90an. Kembalikan keasrian depok yuu.

  13. Iwan September 13, 2010 at 11:50 PM #

    Bangunan kuno Depok kayanya kurang dapat perhatian dr pemda. Dulu ada bagunan kaya istana suka buat syuting film. Skarang dah ketutup Margo city.pengerajin dodol depok dah langka pdhal bisa jd oleh2 khas. Sayang bgt deh.

  14. Eca Ecil July 2, 2011 at 2:24 PM #

    bangga jadi warga depok uhuy

  15. Anonymous July 30, 2011 at 7:15 PM #

    Rumah cornelis chastelin

  16. Anonymous December 11, 2011 at 10:51 PM #

    tambahan Depok itu sebelum kota administratif Kecamatan dulu Bung, sebelum tahun 1972 an Kelurahan Ratujaya bagian dari Kecamatan Depok, Meliputi Bojong Pondok Terong yg Sekarang Jadi Pondk jaya itu yg ane lihat di KTP lama Bung

  17. Anonymous December 11, 2011 at 10:56 PM #

    @ Bayu Posting ente Banyak kekurangannya karena ente cuma Baca tapi lumayan lah daripada kaga ente tau gk pernah ada cerita jaman Jegur dimana Banyak Keturunan Belanda yg di Bantai oleh masyarakat asli Depok dan mayat nya dibuang di kali Ciliwung, bukan yg budak Belanda lho tapi warga asli Depok yg kecewa sama Belanda

    • bayugunanjar June 5, 2012 at 7:35 PM #

      @Anonymous kayanya mantap nih ada warga depok aseli.. monggo bang di share.. inilah gunanya sharing kaya gini, kalau ada kekurangan bisa ada yang nambahin.

      Maklum, jujur saja informasi tentang sejarah depok rada susah nyarinya, padahal banyak hal dari sejarah depok yang bisa diambil pelajaran dan manfaatnya. Keliatan juga sih kayanya depok makin banyak warga pendatangnya (termasuk orang tua ane) dan ditambah warga aselinya jarang muncul di “permukaan” (CMIIW) untuk melestarikan sejarah dan budaya depok.

      • meilia June 7, 2015 at 4:17 PM #

        mas tulisannya bagus banget. saya ijin rewrite dari tulisan mas buat bahan penelitian tugas akhir ya mas. minta kontaknya mas ke email saya meilia.fauziah25@gmail.com

  18. numpang posting December 11, 2011 at 11:12 PM #

    Depok Pernah Punya Empat “Macan” Kesohor…
    09 Apr 2011

    Nasional
    Warta Kota

    Depok Pernah Punya Empat “Macan” Kesohor…

    PADA tahun 70-an empat macan Depok begitu tersohor. Nama mereka begitu terkenal di Depok dan Jakarta. Keempat pendekar Itu selalu tampil diberbagai arena memperlihatkan Silat Sinar Ratujaya. Mereka adalah H Nada.Amstr.Kamaril. dan Amsal.

    Namun sayangnya empat macan Depok tersebut meredup seiring perkembangan zaman. Padahal mereka berupaya melestarikan silat yang merupakan salah satu silat asli Kota Depok selain Silat Pengasinan. Tahun 70-an kami terkenal dengan sebutan Empat Macan Depok. Kami sering dipanggil. Tahun 1973 saat PON 3 digelar di Jakarta silat Sinar Ratujaya menyumbangkan dua emas,” katanya, Jumat (8/4).

    H Nada mengatakan. Silat Sinar Ratujaya adalah silat tradisional, karena itu Ia bekerja keras meles-tarlkannya bersama temannya dan anak-anaknya.

    Salah satunya putranya yang meneruskan melestarikan Silat Sinar Ratujaya adalah Sarbini. Ia melestarikan silat Itu dengan menggelar latihan setiap Kamis malam di Padepokan Silat Sinar Ratujaya yang terletak di Kampung Baru KW06.R atuJaya.Clpayung.Dcpok. Padepokan Itu terletak dekat Sungai Ciliwung. .

    Kemudian Juga mengelar peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW serta tampil di acara pernikahan. “Dulu murid kami ratusan, sekarang tinggal puluhan. Walaupun Odak ada bantuan dana dari Pemkot Depok, kami terus melestarikan silat Ini. Silat ini punya Depok,” Imbuhnya.

    Sarbini menyatakan, Silat Sinar Ratujaya merupakan bagian sejarah Kota Depok. Apalagi makam guru besarnya Muhammad Sholeh Bin Salman dlmakamnya satu komplek dengan makam Nyai Ratujaya. “Kami berharap kepada Pemkot Depok agar mata alr kramat pohon kapuk yang berada di areal padepokan dapat dilestarikan.” tuturnya.

    Sarbini menjelaskan, Silat Sinar Ratujaya berasal dari Silat Sinar Paseban. Jakarta Pusat Silat itu dirintis sejak tahun 1928. Silat Itu merupakan alat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Makanya setiap pemuda Betawi wajib memperlajarl silat. Bahkan saking wajibnya dijadikan petuah bagi orangtua. Petuah Itu berbunyi “Lu ga bisa silat gak bisa Jadi mantu”.

    Para pemuda pun latihan silat selepas salat isya. Hal Itu dilakukan karena Kompenl melarang keras silat berkembang di Jakarta. Namun akhirnya murid-murid

    Muhammad Sholeh ditangkap oleh Belanda. Sebagian lagi pindah dari Paseban agar tetap eksis memperjuangkan kemerdekaan.

    Pada 19 September 1952. Muhammad Sholeh mendirikan Silat Sinar Paseban bersama Sudarmadi. Mohammad Sani.Tedy Jayadi Abdul Hamid, dan Kholid Khamld. Mereka pun membuka perguruan di Paseban.Tanah Abang.Tanah Tinggl.Kenari, dan Salemba Tengah.

    Silat Ini merupakan gabungan dari aliran Clmande.Cikalong. dan Syahbandar. Karena itu, dri khas silat tersebut adalah pukulan rasa paksa melintang patah.

    Sebab Itu, Jurus-jurus yang dimiliki bersumber dari Jawa Barat, di antaranya terlihat dari musik iringan kecak penca dan tata cara busana sama dengan Jabar.

    Beberapa Jurus khas di antaranya adalah Jurus angin, gibring.bandul, langkah 4, dan jurus 4 kalimat 5 pancer serta Jurus hadiran.

    Empat Macan Depok yang belajar Silat Sinar Paseban serta Said (tertua) dan Yusuf kemudian mendirikan Silat Sinar Ratujaya pada tahun 1964.

    Perguruannya terdapat di Ratujaya (H Nada).Kebon Duren (H Sallrn).Clkambangan(H Ronl),dan Pondokterong (H Amslr). “Sinar Ratujaya merupakan salah satu cabang dari 17 cabang Silat Sinar Paseban. Karena berasal dari Paseban maka setiap perguruan ada kata Sinar.

    Dikatakan Sarbini, wasiat yang harus dijalankan setiap anggota Silat Sinar Ratujaya adalah “Kita sekarang bertambah Hmu. Kita mencari selamat bukan kuat. Karena mencari kuat ada lagi yang lebih kuat. Sedangkan mencari selamat, keselamatan datang dari Allah. Ilmu tni kalau tidak terpaksa Jangan digunakan.” (Dodi Hasanuddin)

  19. numpang posting December 11, 2011 at 11:30 PM #

    Sejarah Depok
    Depok Zaman Prasejarah

    Penemuan benda bersejarah di Wilayah Depok dan sekitarnya menunjukan bahwa Depok telah berpenghuni sejak jaman prasejarah. Penemuan tersebut itu berupa Menhir “Gagang Golok”, Punden Berundak “Sumur Bandung”, Kapak Persegi dan Pahat Batu, yang merupakan peninggalan zaman megalit. Juga penemuan Paji Batu dan Sejenis Beliung Batu yang merupakan peninggalan zaman Neolit.

    Depok Zaman Padjajaran

    Pada Abad ke 14 Kerajaan Padjajaran diperintah seorang Raja yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan, yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi. Di sepanjang sungai ciliwung terdapat beberapa Kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres sampe keradenan terbentang benteng yang sangat kuatsehingga mampu bertahan terhadap serangan pasukan Jayakarta yang dibentuk Demak, Cirebon dan Banten.

    Depok berjarak sekitar 13 Km sebelah utara Muara Beres. Jadi wajar apabila Depok dijadikan front terdepan tentara Jayakarta saat berperang melawan Padjajaran. Hal itu dibuktikan dengan:

    masih terdapatnya nama – nama Kampung atau Desa yang menggunakan Bahasa Sunda antara lain Parung Serang, Parung Belimbing, Parung Malela, Parung Bingung, Karang Anyar, Cisalak dan Lain-lain.

    Dr.NJ.Krom pernah menemukan cincin emas kuno peninggalan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.

    Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.

    di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. senjata ini mereka terima turun-temurun.

    saat dahulu terjadi perang antara Padjajaran dengan Banten-Cirebon (Islam) tentara Padjajaran membangun “Padepokan” untuk melatih para prajuritnya untuk mempertahankan kerajaan,. Padepokan ini dibangun dekat sungai ciliwung. Terletak antara pusat Kerajaan Padjajaran (Bogor) dan Sunda Kelapa (Jakarta) dan di Daerah ini yang menjadi wilayah Depok sekarang.

    Pemakaman umum (TPU) Srengseng Rt 6 Rw 5 Gang Ceplik, Ratujaya ada Makam : Keramat Raden Sajam
    Asal muasal Daerah Ratujaya dan namanya berasal dari Putri Ningrumsari dari kerajaan Mataram, Memiliki selendang indah dan sakti saat Daerah itu masih Hutan Belantara.
    Areal tersebut kini jadi tempat pemakaman Ratujaya. Letaknya tidak jauh dari Kantor Kelurahan Ratujaya.

    Wilayah Depok pada ratusan Tahun yang lampau merupakan Daerah perlintasan para Raja baik Kerajaan Mataram maupun Prabu Siliwangi yang akan berkunjung ke Banten maupun sebaliknya.

    Jadi Depok ini dulunya boleh dibilang sebagai tempat istirahatnya Raja – raja yang akan berkunjung ke Banten dan Cirebon maupun sebaliknya. di Wilayah ini ada Hutan kecil yang sekarang disebut engan Cagar Alam dan ada Pancuran yang kini menjadi Pancoranmas.
    Diposkan oleh Subhan di 02:33
    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

  20. alfin March 28, 2013 at 12:42 AM #

    Kalu bisa tolng di tulis tokoh2 pejuang isalm kota depok

  21. meilia August 19, 2015 at 1:58 PM #

    mas tulisannya bagus banget. saya ijin rewrite dari tulisan mas buat bahan penelitian tugas akhir ya mas. minta kontaknya mas ke email saya meilia.fauziah25@gmail.com

Leave a reply to Anonymous Cancel reply